Sejarah Kue Bandros: Menelusuri Jejak Kuliner Tradisional Bandung
Kue Bandros, jajanan tradisional yang sudah menjadi ikon kuliner di Bandung, memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan budaya. Dikenal dengan rasa manis dan tekstur renyah di luar serta lembut di dalam, kue ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan kuliner yang patut kita lestarikan. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri asal-usul kue Bandros berdasarkan berbagai sumber seperti artikel, jurnal, dan buku.
Asal-usul Kue Bandros
Kue Bandros diperkirakan sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Dalam beberapa literatur kuliner, kue ini disebut-sebut sebagai adaptasi dari makanan Belanda yang diolah menggunakan bahan-bahan lokal. Pada zaman itu, banyak resep dari Eropa yang dimodifikasi oleh masyarakat Indonesia, termasuk kue-kue tradisional yang kita kenal sekarang.
Menurut jurnal "Kuliner Tradisional Sunda" karya Dr. H. Sudarjat (2010), kue Bandros pertama kali muncul di wilayah Priangan, khususnya Bandung. Nama "Bandros" sendiri diduga berasal dari kata "bandros" yang dalam bahasa Sunda berarti "bundar", merujuk pada bentuk cetakan kue yang bulat.
Bahan dan Proses Pembuatan
Kue Bandros terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut, dan santan. Bahan-bahan ini mencerminkan kekayaan alam Indonesia yang memang terkenal dengan hasil kelapa dan berasnya. Proses pembuatannya cukup sederhana namun memerlukan keahlian khusus untuk menghasilkan tekstur yang sempurna. Adonan dituangkan ke dalam cetakan khusus yang sudah dipanaskan, lalu dipanggang hingga bagian luarnya renyah dan dalamnya tetap lembut.
Dalam buku "Kuliner Bandung Tempo Doeloe" karya Heri Priyatna (2015), dijelaskan bahwa pada awalnya, kue Bandros hanya disajikan dengan taburan kelapa parut dan sedikit gula. Namun seiring waktu, variasi topping seperti keju, cokelat, dan susu kental manis mulai diperkenalkan untuk menyesuaikan dengan selera modern.
Peran Kue Bandros dalam Budaya Sunda
Kue Bandros bukan hanya makanan sehari-hari, tetapi juga sering muncul dalam berbagai acara adat Sunda. Dalam upacara adat seperti pernikahan dan khitanan, kue ini biasanya disajikan sebagai salah satu hidangan utama. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kue Bandros dalam kehidupan masyarakat Sunda.
Di sisi lain, kue Bandros juga menjadi saksi bisu perkembangan kota Bandung dari masa ke masa. Dari penjual gerobak di pinggir jalan hingga kafe modern yang menyajikan kue ini dengan berbagai inovasi, Bandros tetap menjadi favorit lintas generasi.
Popularitas dan Inovasi Modern
Dalam beberapa dekade terakhir, kue Bandros mengalami berbagai inovasi baik dari segi rasa maupun penyajian. Banyak kafe dan gerai makanan di Bandung yang menawarkan kue Bandros dengan berbagai topping modern, seperti matcha, red velvet, hingga rasa durian. Inovasi ini tidak hanya mempertahankan eksistensi kue Bandros tetapi juga memperluas pangsa pasarnya hingga ke kalangan anak muda.
Artikel dari "Jurnal Kuliner Indonesia" (2020) mencatat bahwa inovasi pada kue Bandros telah berhasil menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara. Dengan sentuhan modern namun tetap mempertahankan cita rasa asli, kue Bandros kini menjadi salah satu daya tarik kuliner utama di Bandung.
Kesimpulan
Kue Bandros adalah salah satu contoh bagaimana kuliner tradisional dapat bertahan dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Dari masa kolonial hingga era modern, kue ini terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Sunda dan Bandung khususnya. Dengan bahan-bahan sederhana namun memiliki cita rasa yang khas, kue Bandros telah membuktikan bahwa warisan kuliner Nusantara layak untuk dijaga dan dilestarikan.
Jadi, saat Anda berkunjung ke Bandung, jangan lupa untuk mencicipi kue Bandros dan merasakan sendiri kekayaan sejarah yang terkandung dalam setiap gigitannya. Selamat menikmati!
Komentar
Posting Komentar